NAMA : HANIS
TRIJUNSA PUTRI
NPM : 23210125
KELAS : 3EB23
PENALARAN
DEDUKTIF
Penalaran Deduktif merupakan suatu proses berpikir (penalaran) yang
bertolak dari sesuatu proposisi yang sudah ada menuju kepada suatu proposisi
baru yang berbentuk suatu kesimpulan.
Corak berpikir deduktif, yaitu : 1. Silogisme, 2. Entimem, 3. Rantai Deduksi.
1. Silogisme
Silogisme adalah suatu bentuk proses penalaran yang berusaha
menghubungkan dua proposisi (pernyataan) yang berlainan untuk menurunkan suatu
kesimpulan atau inferensi yang merupakan proposisi ketiga.
Silogisme terbagi menjadi silogisme
kategorial, silogisme hipotetis, silogisme disjungtif atau silogisme
alternatif.
a) Silogisme
Kategorial
Argumen deduktif yang mengandung
suatu rangkaian yang terdiri dari tiga (dan hanya tiga) proposisi kategorial,
yang disusun sedemikian rupa sehingga ada tiga term yang muncul dalam rangkaian
pernyataan itu.
Contoh :
- Semua karyawan di perusahaan tersebut merupakan sarjana
teknik
Semua
sarjana teknik mengerti mengenai mesin
Jadi,
semua karyawan di perusahaan tersebut mengerti mengenai mesin
2.
Semua
handphone keluaran terbaru mempunyai fitur canggih
Semua
fitur canggih memerlukan teknologi terkini
Jadi,
semua handphone keluaran terbaru mempunyai teknologi terkini
Kaidah silogisme Kategorial:
- Sebuah silogisme harus terdiri dari tiga proposisi:
premis mayor, premis minor, dan konklusi.
- Dalam ketiga proposisi itu harus ada tiga term, yaitu
term mayor (term predikat dari konklusi), term minor (term subyek dari
konklusi), dan term tengah (menghubungkan premis mayor dan premis minor)
- Setiap term yang terdapat dalam kesimpulan harus
tersebar atau sudah tersebut dalam premis-premisnya.
- Bila salah satu premis bersifat universal dan yang lain
bersifat partikular, maka konklusinya harus bersifat partikular.
- Dari dua premis yang bersifat universal, konklusi yang
diturunkan juga harus bersifat universal.
- Jika sebuah silogisme mengandung sebuah premis yang
positif dan sebuah premis yang negatif, maka konklusinya harus negatif.
- Dari dua premis yang negatif tidak dapat ditarik
kesimpulan. Sebab itu, silogisme berikut tidak sahih dan tidak logis.
- Dari dua premis yang bersifat partikular, tidak dapat
ditarik kesimpulan yang sahih.
b) Silogisme Hipotesis
Silogisme hipotetis atau silogisme
pengandaian adalah semacam pola penalaran deduktif yang mengandung hipotesis.
Silogisme hipotetis bertolak dari suatu pendirian, bahwa ada kemungkinan apa
yang disebut dalam proposisi itu tidak ada atau tidak terjadi.
Rumus proposisi mayor dari silogisme
ini adalah :
Jika P, maka Q
Contoh :
Premis Mayor :
Jika Ani tidak memiliki dana 6 juta Rupiah untuk membayar kuliahnya, maka Ia
akan diberhentikan
Premis Minor : Ani
tidak mempunyai uang sebesar 6 juta Rupiah
Konklusi
: Sebab itu, Ani akan diberhentikan dari kuliahnya
Premis Mayor : Jika
harga BBM dinaikkan, maka masyarakat akan berdemo besar – besaran
Premis Minor :
Harga BBM tidak jadi dinaikkan
Konklusi
: Sebab itu, masyarakt tidak jadi berdemo
Walaupun premis mayor bersifat
hipotetis, premis minor dan konklusinya tetap bersifat kategorial. Premis mayor
sebenarnya mengandung dua pernyataan kategorial. Pada contoh diatas, premis
mayor mengandung dua pernyataan kategorial, yaitu hujan tidak
turun danpanen akan gagal. Bagian pertama disebut antiseden,
sedangkan bagian kedua disebut akibat.
Dalam silogisme hipotetis terkandung
sebuah asumsi, yaitu kebenaran anteseden akan mempengaruhi kebenaran akibat,
kesalahan anteseden akan mengakibatkan kesalahan pada akibatnya.
c) Silogisme Disjungtif atau
Silogisme Alternatif
Silogisme ini dinamakan Silogisme
alternatif, karena:
- Proposisi mayornya merupakan sebuah proposisi
alternatif, yaitu proposisi yang mengandung kemungkinan-kemungkinan atau
pilihan-pilihan.
- Sebaliknya, proposisi minornya adalah proposisi
kategorial yang menerima atau menolak salah satu alternatifnya.
- Konklusi silogisme ini tergantung dari premis minornya.
Jika premis minornya menerima satu alternatif, maka alternatif lainnya
ditolak. Sebaliknya, jika premis minornya menolak satu alternatif, maka
alternatif lainnya diterima dalam konklusi.
Contoh :
Premis Mayor :
Kucingku bingung, antara ayam atau ikan yang akan dia makan
Premis Minor :
Kucingku memakan ikan
Konklusi
: Sebab itu, kucingku tidak memakan ayam
Premis Mayor : Kunci
brankas itu tersimpan di lemari atau tasku
Premis Minor :
Kunci brankas itu ternyata ada di tasku
Konklusi
: Sebab itu, kunci brankas tidak tersimpan di lemari
2. Entimem
Silogisme muncul hanya dengan dua
proposisi, salah satunya dihilangkan. Walaupun dihilangkan, proposisi itu tetap
dianggap ada dalam pikiran dan dianggap diketahui pula oleh orang lain.
Silogisme asli/awal :
Premis Mayor : Karyawan
yang lulus seleksi penerimaan pegawai Pegadaian dihubungi oleh bagian SDM
Premis Minor : Adi
dihubungi oleh bagian SDM
Konklusi
: Sebab itu, Adi adalah Karyawan yang lulus seleksi penerimaan pegawai
Pegadaian
Entimem
: Adi adalah Karyawan yang lulus seleksi penerimaan pegawai Pegadaian, karena
dihubungi oleh bagian SDM
Premis Mayor : Semua
murid yang mau lulus ujian nasional harus mendapat nilai di atas 7
Premis Minor :
Chelsea mendapat nilai di atas 7
Konklusi
: Maka, Chelsea lulus ujian nasional
Entimem
: Chelsea merupakan murid yang lulus ujian nasional karena mendapat nilai di
atas 7
3. Rantai Deduksi
Penalaran yang deduktif dapat
berlangsung lebih informal dari entimem. Orang tidak berhenti pada sebuah
silogisme saja, tetapi dapat pula merangkaikan beberapa bentuk silogisme yang
tertuang dalam bentuk yang informal.
Jenis-jenis penalaran induktif
antara lain :
1.Generalisasi
Generalisasi adalah proses penalaran yang bertolak dari fenomena individual
menuju kesimpulan umum.
Contohnya :
• Chelsea Olivia adalah bintang sinetron, dan ia berparas cantik.
• Nia Ramadhani adalah bintang sinetron, dan ia berparas cantik.
Generalisasi:
Semua bintang sinetron berparas cantik.
Pernyataan “semua bintang sinetron berparas cantik” hanya memiliki kebenaran
probabilitas karena belum pernah diselidiki kebenarannya.
Contoh kesalahannya:
Omas juga bintang iklan, tetapi tidak berparas cantik.
Macam-macam generalisasi :
Generalisasi sempurna
Generalisasi dimana seluruh fenomena yang menjadi dasar penyimpulan diselidiki.
Contoh:
sensus penduduk
Generalisasi tidak sempurna
Generalisasi dimana kesimpulan diambil dari sebagian fenomena yang diselidiki
diterapkan juga untuk semua fenomena yang belum diselidiki.
Contoh:
Hampir seluruh pria dewasa di Indonesia senang memakai celana pantaloon.
Prosedur pengujian generalisasi tidak sempurna.
Generalisasi yang tidak sempurna
juga dapat menghasilkan kebenaran apabila melalui prosedur pengujian yang
benar.
Prosedur pengujian atas generalisasi
tersebut adalah:
1. Jumlah sampel yang diteliti terwakili.
2. Sampel harus bervariasi.
3.Mempertimbangkan hal-hal yang menyimpang dari fenomena umum/ tidak umum.
2. Analogi
Cara penarikan penalaran dengan membandingkan dua hal yang mempunyai sifat yang
sama.
Analogi mempunyai 4 fungsi,antara
lain :
Membandingkan beberapa orang yang memiliki sifat kesamaan
Meramalkan kesaman
Menyingkapkan kekeliruan
klasifikasi
Contoh analogi :
Demikian pula dengan manusia yang tidak berilmu dan tidak berperasaan, ia akan
sombong dan garang. Oleh karena itu, kita sebagai manusia apabila diberi
kepandaian dan kelebihan, bersikaplah seperti padi yang selalu merunduk.
3. Hubungan Kausal
Penalaran yang diperoleh dari gejala-gejala yang saling berhubungan.
Macam hubungan kausal :
a. Sebab- akibat.
Hujan turun di daerah itu mengakibatkan timbulnya banjir.
b. Akibat – Sebab.
Andika tidak lulus dalam ujian kali ini disebabkan dia tidak belajar dengan
baik.
c. Akibat – Akibat.
Ibu mendapatkan jalanan di depan rumah becek, sehingga ibu beranggapan jemuran
di rumah basah.
Contoh Kausal :
Kemarau tahun ini cukup panjang. Sebelumnya, pohon-pohon di hutan sebagi
penyerap air banyak yang ditebang. Di samping itu, irigasi di desa ini tidak
lancar. Ditambah lagi dengan harga pupuk yang semakin mahal dan kurangnya pengetahuan
para petani dalam menggarap lahan pertaniannya. Oleh karena itu, tidak
mengherankan panen di desa ini selalu gagal.
sumber :