Senin, 07 Januari 2013

Laporan ilmiah



Nama : Hanis Trijunsa Putri
Npm   : 23210125
Kelas  : 3EB23
Laporan Ilmiah
Laporan ilmiah adalah bentuk tulisan ilmiah yang disusun berdasarkan data setelah penulis melakukan percobaan, peninjauan, pengamatan, atau membaca artikel ilmiah.
Berikut ini adalah beberapa hal yang harus diperhatikan tentang laporan ilmiah.
1.      Kegiatan menulis laporan ilmiah merupakan kegiatan utama terakhir dari suatu kegiatan ilmiah.
2.      Laporan ilmiah mengemukakan permasalahan yang ditulis secara benar, jelas, terperinci, dan ringkas.
3.      Laporan ilmiah merupakan media yang baik untuk berkomunikasi di lingkungan akademisi atau sesama ilmuwan.
4.      Laporan ilmiah merupakan suatu dokumen tentang kegiatan ilmiah dalam memecahkan masalah secara jujur, jelas, dan tepat tentang prosedur, alat, hasil temuan, serta implikasinya.
5.      Laporan ilmiah dapat digunakan sebagai acuan bagi ilmuwan lain sehingga syarat-syarat tulisan ilmiah berlaku juga untuk laporan.
Laporan ilmiah, umumnya, mempunyai garis besar isi (outline) yang berbeda-beda, bergantung dari bidang yang dikaji dan pembaca laporan tersebut. Namun, umumnya, isi laporan terdiri atas tiga bagian, yaitu pendahuluan, isi, dan penutup.
1. Bagian Pendahuluan, terdiri atas:
a. Judul
b. Kata Pengantar
c. Daftar Isi
2. Bagian Isi, terdiri atas:
a. Pendahuluan
b. Bahan dan Metode
c. Hasil Kegiatan
d. Pembahasan
3. Bagian Penutup, terdiri atas:
a. Daftar Pustaka
b. Lampiran
Berikut ini adalah beberapa langkah penulisan laporan ilmiah yang patut Anda perhatikan.
1.      Tuliskan outline secara sederhana dengan mengatur topik-topik dalam urutan yang logis, konsisten, dan sistematis.
2.      Kembangkan outline tersebut dengan cara memberikan judul, subjudul, bagian, dan subbagian.
3.      Tuliskan hal yang akan diuraikan pada setiap judul, subjudul, bagian, dan subbagian.
4.      Cantumkan pada setiap judul, subjudul, bagian, dan subbagian beberapa tabel, grafik, gambar, atau analisis statistik yang dapat melengkapi argumentasi dalam bahasan.
5.      Penulisan laporan mengacu pada outline yang sudah dilengkapi dengan tabel, grafik, gambar, atau analisis statistik lain.
6.      Pada awal menulis, jangan terlalu memperhatikan gaya bahasa yang digunakan karena penulis harus langsung menuju sasaran untuk menyelesaikan draft pertama dari laporan lengkap.
7.      Gaya bahasa, sebaiknya, diperbaiki setelah draft pertama dari laporan lengkap selesai ditulis, dengan memerhatikan:
a.       konsistensi dan kesinambungan materi;
b.      menghilangkan pengulangan makna kalimat agar kalimat menjadi jelas dan tulisan menjadi ringkas; dan
c.       memperhatikan cara penulisan rujukan.
d.      Berikut ini adalah hal-hal yang harus diperhatikan saat penulisan rujukan atau daftar pustaka.
Laporan ilmiah, biasanya, dilengkapi dengan daftar pustaka. Daftar pustaka berisi daftar buku-buku atau referensi yang dijadikan rujukan dalam laporan ilmiah.
Berikut cara penulisan daftar pustaka.
a. Nama penulis dalam daftar pustaka dituliskan secara terbalik.
Artinya, nama belakang ditulis di awal. Lalu, diikuti nama depannya. Cara penulisan ini berlaku secara internasional, tanpa mengenal tradisi dan kebangsaan.
Contoh:
Mochtar Lubis ditulis Lubis, Mochtar.
Djago Tarigan ditulis Tarigan, Djago.
b. Jika sumber buku tersebut ditulis oleh dua orang, nama pengarang dituliskan semuanya, tetapi nama yang penulisannya dibalikkan hanya nama penulis yang pertama.
Contoh:
Sofia, Adib dan Sugihastuti. 2003. Feminisme dan Sastra: Menguak Citra Perempuan dalam Layar Terkembang. Bandung: Katarsis.
c. Jika sumber buku tersebut ditulis oleh lebih dari dua orang, yang ditulis hanya nama penulis pertama dan diikuti dengan et all. (et allii = dan lain-lain) atau dan kawan-kawan (dkk.).
Contoh:
Elias, Maurice J. (dkk.) 2002. Cara-Cara Efektif Mengasah EQ Remaja. Bandung: Kaifa.
d. Penulisan judul buku digarisbawahi atau dicetak miring.
e. Urutan penulisan daftar pustaka disusun berdasarkan abjad penulis setelah nama penulis dibalik. Dalam daftar pustaka, tidak perlu digunakan nomor urut.
f. Baris pertama diketik mulai ketukan pertama dari batas tepi margin dan baris berikutnya diketik mulai ketukan kelima atau satu tab dalam komputer.
g. Jarak antara baris pertama dengan baris berikutnya yang merupakan kelanjutannya adalah spasi rapat. Jarak antara sumber satu dengan sumber lainnya adalah spasi ganda.
Contoh:
Sofia, Adib dan Sugihastuti. 2003. Feminisme dan Sastra: Menguak Citra Perempuan dalam Layar Terkembang. Bandung: Katarsis.
Elias, Maurice J. (dkk.) 2002. Cara-Cara Efektif Mengasah EQ Remaja. Bandung: Kaifa.
Berdasarkan penjelasan tersebut, unsur-unsur dalam Daftar Pustaka dapat kita gambarkan seperti berikut.
Nama Penulis (dibalik). Tahun terbit. Judul buku. Kota terbit: Penerbit.
Selain memperhatikan bagian-bagiannya, perhatikan pula penggunaan
tanda baca. Selain buku, artikel surat kabar, makalah, dan skripsi
atau tesis pun sering dijadikan sumber rujukan karya tulis. Berikut cara
penulisannya dalam Daftar Pustaka.
1) Sumber berupa artikel surat kabar
Cara penulisannya:
Kusmayadi, Ismail. 2007. “Optimistis Menghadapi Ujian
Nasional”. Pikiran Rakyat (18 April 2007).
2) Sumber berupa makalah
Cara Penulisannya:
Harjasudana, Ahmad Slamet. 1999. “Kondisi Kebahasaan dan Pendidikan Bahasa Dikaitkan dengan Pengembangan Kompetensi Komunikatif”. Makalah seminar, UPI Bandung.
3) Sumber berupa skripsi atau tesis
Cara penulisannya:
Rahmawati, Eva. 2007. Pelajaran Membaca Cepat dengan Teknik Browsing (Kuasi Eksperimen terhadap Siswa Kelas VII SMP Handayani 2 Tahun Pelajaran 2006/2007). Skripsi Sarjana pada FPBS UPI Bandung: tidak diterbitkan.
Sekarang, sumber informasi sudah semakin canggih dan lengkap.
Teknologi internet telah menyediakan beragam informasi yang mudah untuk diakses. Bagaimana kita menuliskan sumber dari internet di dalam Daftar Pustaka? Berikut cara penulisannya.
1) Jika karya perorangan, cara penulisannya:
Pengarang/penyunting. Tahun. Judul (edisi). [jenis medium].
Tersedia: alamat di internet. [tanggal akses].
Contoh:
Thompson, A. 1998. The Adult and the Curriculum. [Online].
[30 Maret 2000].                  
2) Jika artikel dalam surat kabar, cara penulisannya:
Pengarang. (tahun, tanggal, bulan). Judul. Nama surat kabar [jenis media], jumlah halaman. Tersedia: alamat internet [tanggal akses].
Contoh:
Cipto, B. (2000, 27 April). “Akibat Perombakan Kabinet Berulang, Fondasi Reformasi Bisa Runtuh”. Pikiran Rakyat [Online],
halaman 8.
Tersedia: http://www.pikiran-rakyat. com. [9 Maret 2000].                     
Sumber :
bloggueblog.wordpress.com/2012/04/20/pengertian-ciri-ciri-dan-macam-macam-karya-ilmiah/
 

Tulisan ilmiah



Nama  : Hanis Trijunsa Putri
Npm    : 23210125
kelas   : 3EB23
Pengertian Tulisan ilmiah
Tulisan ilmiah juga disebut sebagai karya tulis ilmiah. Sekali Anda masuk dunia akademis (kampus), maka berbicara, membaca, mendengar dan menulis ilmiah, sudah harus mulai dijadikan kebiasaan.  Lembaga pembelajaran yang namanya Perguruan Tinggi, tidak akan menghadiahkan “gelar” kepada para mahasiswanya, kecuali mereka bersedia melaksanakan segala persyaratan pembelajaran dengan cara-cara ilmiah.
Syarat yang baru saja disosialisasikan oleh DIKTI (Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi) kepada seluruh PTN/PTS adalah bahwa, mahasiswa S1, S2, S3 HARUS mempublikasikan karya ilmiahnya terlebih dahulu, sebelum dinyatakan lulus dan layak diberikan gelar. Dengan demikian, menulis karya ilmiah, tidak lagi bisa dihindari. Harus? Ya! Tidak bisa ditawar-tawar. Itu tercantum dalam Surat Edaran DIKTI No 152/E/T/2012 tentang Publikasi Karya Ilmiah.
Samakah mengarang biasa dengan membuat karya ilmiah?
Beda. Mengarang bebas, bisa memasukkan unsur-unsur fiktif yang tidak logis (tak masuk akal), namun karya ilmiah harus logis, didukung data dan fakta, dinalisis secara ilmiah, disimpulkan, serta ditulis secara koheren. Apa arti ditulis secara koheren? Artinya, harus ada kesinambungan antar kalimat, antar paragraph, dan juga antar bab. Koherensi ini penting dalam menulis. Mengapa? Sebab menulis adalah cara para intelektual, saling mengkomunikasikan gagasannya. Ini pembeda antara ilmuwan dengan lainnya.
Komunikasi akan efektif ketika yang diajak berkomunikasi mengerti pembicaraan. Demikian juga dengan tulisan ilmiah. Tulisan ilmiah yang baik adalah tulisan yang mampu membuat pembaca mengerti isinya.
Ada tiga unsur penting dalam membuat tulisan ilmiah yang harus kita pegang teguh. Saya lebih mudah mengingatnya dengan singkatan GPK (Gagasan, Pikir, Komunikasi). Lebih jauh lagi, tiga unsur tersebut adalah:
  1. gagasan ilmiah
  2. (ber)pikir ilmiah
  3. komunikasi ilmiah
Maka, minimal, jangan jauh-jauh dari GPK. Gagasan ilmiah (logis, masuk akal), diuraikan dengan cara pikir ilmiah (ada data, fakta, dukungan teori/temuan ilmiah, analisis, simpulan/generalisasi) dan dikomunikasikan dengan cara-cara ilmiah (runtut-berkesinambungan/koheren).

Bicara gagasan atau dengan kata lain ‘ide’, banyak mahasiswa mengeluh “Aduh…aku tak puny aide..!” Nah, bagaimana cara menemukan ide? Banyak cara menemukan ide antara lain dengan “membaca”. Membaca bukan hanya dimaknai sebagai membaca, tetapi juga melihat, mendengar dan juga berfikir.
Jauh ketika Isaac Newton belum menemukan hukum/teori “Gravitasi Bumi”, buah apel yang jatuh mengenai kepalanya saat ia tertidur di sebuah taman, adalah seperti kejadian yang tidak ilmiah bukan? Newton mengakui dia harus berpikir terus menerus selama bertahun-tahun untuk merumuskan hukum gravitasi.
Ketika seorang anak kecil masuk ke dalam bak berisi air, lalu kita menyaksikan sebagian airnya tumpah keluar, maka ini adalah peristiwa yang biasa saja bagi kita bahkan nampak sama sekali bukan hal ilmiah yang perlu diselidiki. Tetapi tidak bagi seorang Archimedes, hingga ia mampu menciptakan sebuah hukum dan juga kapal Archimedes. Awalnya ia berendam dalam bak yang kemudian berteriak-teriak “Eureka…eureka…!” (saya menemukannya!), ketika ia saksikan sebagian airnya tumpah keluar. 
Itu hanyalah sekelumit contoh saja, bahwa setiap sesuatu yang nampak tidak ilmiah di mata kita, bisa kita telusuri keilmiahannya, hanaya jika kita bersedia “membaca”. Bacalah! Dan mulailah gemar membaca sejak hari ini! Saya menjamin anda akan mendapati diri anda akan berkelimpahan ide/gagasan ilmiah.
Jika ditengah-tengah kegiatan membaca, kemudian anda mendapati diri anda sudah mulai bertanya-tanya “hm….benarkah demikian?”, maka itu adalah pertanda bagus. Itu pertanda bahwa “persoalan” itu bisa diteliti. Begitukah? 
Ya! Sebab penelitian itu memang dimulai dari keadaan curious (kecemasan, kegelisahan, keingintahuan, keanehan/kesulitan untuk mengerti).
Nah, sebelum masuk lebih jauh, saya ingin anda mengetahui terlebih dahulu apa saja yang harus ada dalam sebuah tulisan ilmiah. Minimal, anda punya gambaran saja dulu, tentang komponen/isi dari tulisan ilmiah.
Inilah isi tulisan ilmiah (Etty Indriati: 2003):
  1. judul
  2. nama penulis (plus alamat/asal instansi)
  3. abstrak
  4. pengantar
  5. permasalahan penelitian
  6. bahan dan cara penelitian
  7. hasil penelitian
  8. pembahasan
  9. kesimpulan
  10. ucapan terima kasih
  11. daftar kepustakaan
Itu adalah format standar karya ilmiah untuk kepentingan publikasi. Sedangkan untuk kepentingan skripsi, masing-masing kampus memiliki format yang berbeda. Prinsipnya, jika anda sudah dapat membuat tulisan sesuai kerangka tersebut maka anda tidak lagi kesulitan dalam menyusun skripsi. Oleh karena itu, ikutilah tulsian saya berikutnya soal karya ilmiah. Rajin-rajinlah berkunjung mengikuti perkembangan tulisan saya di sini.
 sumber :