Nama : Hanis Trijunsa Putri
Npm : 23210125
kelas : 3EB23
Pengertian Tulisan
ilmiah
Tulisan ilmiah juga disebut
sebagai karya tulis ilmiah.
Sekali Anda masuk dunia akademis (kampus), maka berbicara, membaca, mendengar
dan menulis ilmiah, sudah harus mulai dijadikan kebiasaan. Lembaga
pembelajaran yang namanya Perguruan
Tinggi, tidak akan menghadiahkan “gelar” kepada para mahasiswanya,
kecuali mereka bersedia melaksanakan segala persyaratan pembelajaran dengan cara-cara ilmiah.
Syarat yang baru saja
disosialisasikan oleh DIKTI
(Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi) kepada seluruh PTN/PTS adalah bahwa, mahasiswa S1, S2, S3 HARUS
mempublikasikan karya ilmiahnya terlebih dahulu, sebelum dinyatakan lulus dan
layak diberikan gelar. Dengan demikian, menulis karya ilmiah, tidak lagi bisa
dihindari. Harus? Ya! Tidak bisa
ditawar-tawar. Itu tercantum dalam Surat
Edaran DIKTI No 152/E/T/2012 tentang Publikasi Karya Ilmiah.
Samakah mengarang biasa dengan membuat karya ilmiah?
Beda. Mengarang bebas, bisa memasukkan
unsur-unsur fiktif yang tidak logis (tak masuk akal), namun karya ilmiah harus logis, didukung data dan
fakta, dinalisis secara ilmiah, disimpulkan, serta ditulis secara koheren.
Apa arti ditulis secara koheren?
Artinya, harus ada kesinambungan antar
kalimat, antar paragraph, dan juga antar bab. Koherensi ini penting
dalam menulis. Mengapa? Sebab menulis adalah cara para intelektual, saling
mengkomunikasikan gagasannya. Ini pembeda antara ilmuwan dengan lainnya.
Komunikasi akan efektif ketika yang diajak berkomunikasi
mengerti pembicaraan. Demikian juga dengan tulisan ilmiah. Tulisan ilmiah yang baik adalah tulisan yang
mampu membuat pembaca mengerti isinya.
Ada
tiga unsur penting dalam membuat
tulisan ilmiah yang harus kita pegang teguh. Saya lebih mudah
mengingatnya dengan singkatan GPK
(Gagasan, Pikir, Komunikasi). Lebih jauh lagi, tiga unsur tersebut
adalah:
- gagasan ilmiah
- (ber)pikir ilmiah
- komunikasi ilmiah
Maka,
minimal, jangan jauh-jauh dari GPK.
Gagasan ilmiah (logis, masuk akal),
diuraikan dengan cara pikir ilmiah (ada data, fakta, dukungan teori/temuan
ilmiah, analisis, simpulan/generalisasi) dan dikomunikasikan dengan cara-cara
ilmiah (runtut-berkesinambungan/koheren).
Bicara gagasan atau dengan kata lain ‘ide’, banyak mahasiswa
mengeluh “Aduh…aku tak puny aide..!” Nah, bagaimana cara menemukan ide? Banyak
cara menemukan ide antara lain dengan “membaca”. Membaca bukan hanya dimaknai sebagai
membaca, tetapi juga melihat, mendengar dan juga berfikir.
Jauh ketika Isaac
Newton belum menemukan hukum/teori “Gravitasi Bumi”, buah apel yang
jatuh mengenai kepalanya saat ia tertidur di sebuah taman, adalah seperti
kejadian yang tidak ilmiah bukan? Newton mengakui dia harus berpikir terus menerus
selama bertahun-tahun untuk merumuskan hukum gravitasi.
Ketika seorang anak kecil masuk ke dalam bak berisi air,
lalu kita menyaksikan sebagian airnya tumpah keluar, maka ini adalah peristiwa
yang biasa saja bagi kita bahkan nampak sama sekali bukan hal ilmiah yang perlu
diselidiki. Tetapi tidak bagi seorang
Archimedes, hingga ia mampu menciptakan sebuah hukum dan juga kapal
Archimedes. Awalnya ia berendam dalam bak yang kemudian berteriak-teriak “Eureka…eureka…!” (saya menemukannya!),
ketika ia saksikan sebagian airnya tumpah keluar.
Itu hanyalah sekelumit contoh saja, bahwa setiap sesuatu
yang nampak tidak ilmiah di mata kita, bisa kita telusuri keilmiahannya, hanaya
jika kita bersedia “membaca”. Bacalah! Dan
mulailah gemar membaca sejak hari ini! Saya menjamin anda akan mendapati diri
anda akan berkelimpahan ide/gagasan ilmiah.
Jika ditengah-tengah kegiatan membaca, kemudian anda
mendapati diri anda sudah mulai bertanya-tanya “hm….benarkah demikian?”, maka itu adalah pertanda bagus. Itu pertanda bahwa “persoalan” itu bisa
diteliti. Begitukah?
Ya! Sebab penelitian itu memang
dimulai dari keadaan curious (kecemasan, kegelisahan, keingintahuan,
keanehan/kesulitan untuk mengerti).
Nah,
sebelum masuk lebih jauh, saya ingin anda mengetahui terlebih dahulu apa saja
yang harus ada dalam sebuah tulisan ilmiah. Minimal, anda punya gambaran saja dulu, tentang komponen/isi dari
tulisan ilmiah.
Inilah isi tulisan ilmiah (Etty Indriati: 2003):
- judul
- nama penulis (plus alamat/asal instansi)
- abstrak
- pengantar
- permasalahan penelitian
- bahan dan cara penelitian
- hasil penelitian
- pembahasan
- kesimpulan
- ucapan terima kasih
- daftar kepustakaan
Itu
adalah format standar karya ilmiah untuk
kepentingan publikasi. Sedangkan untuk kepentingan skripsi, masing-masing
kampus memiliki format yang berbeda. Prinsipnya,
jika anda sudah dapat membuat tulisan sesuai kerangka tersebut maka anda tidak
lagi kesulitan dalam menyusun skripsi. Oleh karena itu, ikutilah tulsian
saya berikutnya soal karya ilmiah. Rajin-rajinlah berkunjung mengikuti
perkembangan tulisan saya di sini.
sumber :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar