Senin, 07 Januari 2013

Tulisan ilmiah



Nama  : Hanis Trijunsa Putri
Npm    : 23210125
kelas   : 3EB23
Pengertian Tulisan ilmiah
Tulisan ilmiah juga disebut sebagai karya tulis ilmiah. Sekali Anda masuk dunia akademis (kampus), maka berbicara, membaca, mendengar dan menulis ilmiah, sudah harus mulai dijadikan kebiasaan.  Lembaga pembelajaran yang namanya Perguruan Tinggi, tidak akan menghadiahkan “gelar” kepada para mahasiswanya, kecuali mereka bersedia melaksanakan segala persyaratan pembelajaran dengan cara-cara ilmiah.
Syarat yang baru saja disosialisasikan oleh DIKTI (Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi) kepada seluruh PTN/PTS adalah bahwa, mahasiswa S1, S2, S3 HARUS mempublikasikan karya ilmiahnya terlebih dahulu, sebelum dinyatakan lulus dan layak diberikan gelar. Dengan demikian, menulis karya ilmiah, tidak lagi bisa dihindari. Harus? Ya! Tidak bisa ditawar-tawar. Itu tercantum dalam Surat Edaran DIKTI No 152/E/T/2012 tentang Publikasi Karya Ilmiah.
Samakah mengarang biasa dengan membuat karya ilmiah?
Beda. Mengarang bebas, bisa memasukkan unsur-unsur fiktif yang tidak logis (tak masuk akal), namun karya ilmiah harus logis, didukung data dan fakta, dinalisis secara ilmiah, disimpulkan, serta ditulis secara koheren. Apa arti ditulis secara koheren? Artinya, harus ada kesinambungan antar kalimat, antar paragraph, dan juga antar bab. Koherensi ini penting dalam menulis. Mengapa? Sebab menulis adalah cara para intelektual, saling mengkomunikasikan gagasannya. Ini pembeda antara ilmuwan dengan lainnya.
Komunikasi akan efektif ketika yang diajak berkomunikasi mengerti pembicaraan. Demikian juga dengan tulisan ilmiah. Tulisan ilmiah yang baik adalah tulisan yang mampu membuat pembaca mengerti isinya.
Ada tiga unsur penting dalam membuat tulisan ilmiah yang harus kita pegang teguh. Saya lebih mudah mengingatnya dengan singkatan GPK (Gagasan, Pikir, Komunikasi). Lebih jauh lagi, tiga unsur tersebut adalah:
  1. gagasan ilmiah
  2. (ber)pikir ilmiah
  3. komunikasi ilmiah
Maka, minimal, jangan jauh-jauh dari GPK. Gagasan ilmiah (logis, masuk akal), diuraikan dengan cara pikir ilmiah (ada data, fakta, dukungan teori/temuan ilmiah, analisis, simpulan/generalisasi) dan dikomunikasikan dengan cara-cara ilmiah (runtut-berkesinambungan/koheren).

Bicara gagasan atau dengan kata lain ‘ide’, banyak mahasiswa mengeluh “Aduh…aku tak puny aide..!” Nah, bagaimana cara menemukan ide? Banyak cara menemukan ide antara lain dengan “membaca”. Membaca bukan hanya dimaknai sebagai membaca, tetapi juga melihat, mendengar dan juga berfikir.
Jauh ketika Isaac Newton belum menemukan hukum/teori “Gravitasi Bumi”, buah apel yang jatuh mengenai kepalanya saat ia tertidur di sebuah taman, adalah seperti kejadian yang tidak ilmiah bukan? Newton mengakui dia harus berpikir terus menerus selama bertahun-tahun untuk merumuskan hukum gravitasi.
Ketika seorang anak kecil masuk ke dalam bak berisi air, lalu kita menyaksikan sebagian airnya tumpah keluar, maka ini adalah peristiwa yang biasa saja bagi kita bahkan nampak sama sekali bukan hal ilmiah yang perlu diselidiki. Tetapi tidak bagi seorang Archimedes, hingga ia mampu menciptakan sebuah hukum dan juga kapal Archimedes. Awalnya ia berendam dalam bak yang kemudian berteriak-teriak “Eureka…eureka…!” (saya menemukannya!), ketika ia saksikan sebagian airnya tumpah keluar. 
Itu hanyalah sekelumit contoh saja, bahwa setiap sesuatu yang nampak tidak ilmiah di mata kita, bisa kita telusuri keilmiahannya, hanaya jika kita bersedia “membaca”. Bacalah! Dan mulailah gemar membaca sejak hari ini! Saya menjamin anda akan mendapati diri anda akan berkelimpahan ide/gagasan ilmiah.
Jika ditengah-tengah kegiatan membaca, kemudian anda mendapati diri anda sudah mulai bertanya-tanya “hm….benarkah demikian?”, maka itu adalah pertanda bagus. Itu pertanda bahwa “persoalan” itu bisa diteliti. Begitukah? 
Ya! Sebab penelitian itu memang dimulai dari keadaan curious (kecemasan, kegelisahan, keingintahuan, keanehan/kesulitan untuk mengerti).
Nah, sebelum masuk lebih jauh, saya ingin anda mengetahui terlebih dahulu apa saja yang harus ada dalam sebuah tulisan ilmiah. Minimal, anda punya gambaran saja dulu, tentang komponen/isi dari tulisan ilmiah.
Inilah isi tulisan ilmiah (Etty Indriati: 2003):
  1. judul
  2. nama penulis (plus alamat/asal instansi)
  3. abstrak
  4. pengantar
  5. permasalahan penelitian
  6. bahan dan cara penelitian
  7. hasil penelitian
  8. pembahasan
  9. kesimpulan
  10. ucapan terima kasih
  11. daftar kepustakaan
Itu adalah format standar karya ilmiah untuk kepentingan publikasi. Sedangkan untuk kepentingan skripsi, masing-masing kampus memiliki format yang berbeda. Prinsipnya, jika anda sudah dapat membuat tulisan sesuai kerangka tersebut maka anda tidak lagi kesulitan dalam menyusun skripsi. Oleh karena itu, ikutilah tulsian saya berikutnya soal karya ilmiah. Rajin-rajinlah berkunjung mengikuti perkembangan tulisan saya di sini.
 sumber :






Tidak ada komentar:

Posting Komentar